Rabu, 16 Mei 2012

Cerpen - Budi dan pesona sunset pantai kuta.

Budi dan pesona sunset pantai kuta.

Hamparan merah jelas terlihat, takkala sang mentari hendak meliburkan aktifitas sejenak. Kilauan pesonanya jelas memancar, serbuan jepretan-jepretan dari arah berlawanan pun beruntun dilancarkan. Tak peduli walau hanya berasal dari sebuah handphone,. Budi seperti tak canggung, walau disekitarnya, banyak turis local dan mancanegara yang bertempur dengan kamera yang tak biasa. sesekali wajahnya terlihat merah merona, terlihat sekali dia seperti meresapi momen-momen yang ada.



“ sungguh dasyat Tuhan maha pencipta, pesona sunset pantai kuta ini begitu sempurna” serunya dalam hati, sambil tetap mengabadikan dengan kamera yang digenggamnya.


“Tak selang berapa lama”. 


Tit tit tit, bunyi handphone berbunyi, Si Budi tersadar dari lamunan yang begitu jauh. Diangkatnya handphone tersebut, “ kamu lagi dimana bud? Oh, aku lagi dipantai kuta kak, sebentar sedikit baru saya pulang”, iya, tapi ingat jangan terlalu lama ya disana ?? iya iya,iya kak, tenang saja, jangan terlalu kuatir ya kak, saya sudah tahu jalan pulangnya,” okelah kalau begitu. Terdengar suara seorang pria yang menelepon Budi, suara pria yang berbicara dengan Budi adalah kakaknya.


Tut tut tut, bertanda telah berakhirnya percakapan, si Budi pun bergegas untuk memasukan Handphonenya kedalam saku celana jeansnya, wajahnya tersenyum sedikit,” wah, harus segera pulang nih, serunya dalam hati”. 


Kecemasan jelas terlihat oleh kakak Budi,bagaimana tidak, Budi adalah pendatang baru di pulau Bali dan baru 4 hari menginjakan kaki dipulau tersebut, hanya demi  momen terbenamnya sang mentari, Budi pun rela untuk berjalan kaki dari jalan bypass ngurah rai.memang sih jaraknya tidak begitu jauh,hanya sekitar 300 atau 400 meter, bagi Budi jarak tersebut dikampung halamannya tidak begitulah jauh. Dan demi apa yang telah dia lihat ditelivisi ketika Dia masih berada dikampung halamannya. 


Cuplikan-cuplikan betapa indahnya pulau Bali terekam jelas dibenak, melalui media massa dan siaran televisi.rasa penasaran yang tinggi itulah yang membuat Budi berhasil menjejakan kakinya untuk pertama kalinya dipantai kuta untuk melihat mentari yang terbenam.


Motifasi kedatangan Budi ke pulau Bali sebenarnya bukan semata-mata untuk melihat sunset dipantai kuta, akan tetapi untuk mencari pekerjaan. Susahnya mendapatkan pekerjaan dikampung asal begitu dirasakan oleh Budi. Seperti kata pepatah “ Pucuk dicinta ulam pun tiba ” akhirnya. Budi mendapat kabar dari kakaknya yang berada di Bali, Budi diminta kakaknya untuk berangkat kesana karena ada lowongan pekerjaan buatnya.


Dengan kapal kayu berlayar, berpenghuni tak kurang dari 30an orang, akhirnya Budi pun dapat melihat dan merasakan aroma dermaga kusam. Dengan sebuah motor butut pinjaman, kakanya datang menjemput. Kini Budi siap untuk menoreh cerita baru ditanah sejuta pesona.


“ dari mana saja kamu Bud” ?? Tanya kakanya..”dari melihat indahnya sunset kak,” jawab Budi dengan perlahan. iya, bukannya aku melarang kamu Bud, tapi kalau kamu hendak kesana, kamu harus pamitan sama kakak, bukannya apa-apa Bud soalx kamu kan orang baru disini, kakak takut kamu kenapa napa,” sambung kakaknya..”Iya kak, maafkan saya..” ya sudah, lain kali jangan begitu ya…sudah mandi sana, kakak akan bawa kamu untuk bertemu bos perusahaan kakak bekerja, agar kamu bisa bekerja secepatnya, lanjut kakaknya dengan wajah bersenda gurau.


Setelah habis membersihkan badan, Budi dan kakaknya pun langsung menuju ke Perusahaan tempat kakaknya bekerja. Setibanya disana, Budi mendapat interview kecil dari atasan perusahaan dimana kakaknya bekerja. Setelah melewati proses interview, Budi pun mendapat kesempatan untuk dapat bekerja di perusahaan tersebut.


“ wah lega sekali, akhirnya saya diberi kesempatan untuk bekerja di perusahaan ini, serunya dengan wajah gembira. “ syukurlah, dan ingat bud, manfaatkan kesempatan ini dengan baik, jangan membuat malu kakak, seraya memukul halus pundak Budi.


Pesan kakaknya seperti terbagi, pikirannya terganggu dengan romantisme sunset pantai kuta. Memorinya pun kembali mundur kebelakang, gelengan-gelengan halus kepalanya tergambar dengan jelas. “ Ya, saya harus kembali kesana untuk melihatnya.” 


Ketika sampai dirumah, Budi sudah seperti tak tahan lagi, didalam benaknya Cuma ada pantai kuta. “ Kak, saya kepantai dulu ya, seru budi kepada kakaknya. Ah, kita kan baru tiba Bud, kenapa kamu terburu-buru sekali, iya kak, soalnya sedikit lagi matahari akan terbenam kak, sambil mengambil langkah seribu.


“ ah, dasar anak ini, belum dapat ijin sudah asal kabur saja, terdengar omelan sang kakak, sambil memarkir sepeda motor bututnya.


Budi yang telah mengambil langkah seribu, bergerak dengan cepat. Maklum, ketika mereka pulang dari perusahaan tempat kakaknya bekerja, waktu sudah menunjukan pukul 4 lewat 45 menit. Belum lagi lamanya perjalanan menuju ke kos. 


Kakinya terus mendayung, sembari berharap sang mentari menunggunya, untuk melakukan prosesi yang dinanti oleh banyak wisatawan, entah itu dari luar negri atau yang berasal dari dalam negeri.sorot matanya hanya fokus tertuju kedepan. Walau terdengar napasnya terengah-engah tapi semangatnya terus menyala. Pesona pantai kuta bak magnet yang menariknya dengan cepat.


Raut wajah berseri bahagia, tampak keluar dari wajahnya yang kelelahan, prosesi tenggelamnya sang mentari tak luput darinya, karena dia telah tepat waktu untuk menghadirinya.


“ syukurlah, saya tidak ketinggalan momen ini, sang mentari sepertinya menunggu aku” Gumamnya.


Tatapan dalam penghayatan, mengarah pada sinarnya, langit kemerah-merahan seakan menambah romantisnya alam. Sesekali bunyi sapaan deburan ombak terdengar, tangan budi terasa seperti tak lelah-lelahnya. dari tiap sudut, dari tiap posisi, dia coba bergaya untuk mengabadikan setiap detik per detik momen yang ada.


Disekitarnya terdapat juga bayak orang yang ikut meramaikan prosesi tersebut, wajah-majah mereka pun tampak seperti orang yang lagi jatuh cinta. Terkadang senyuman-senyuman tipis keluar dari bibir mereka.
Sang mentari bergerak begitu pelan, senyumannya tulus membias kepada para pengunjung pantai kuta. Sepertinya sang mentari enggan untuk berpamitan.


Budi merasakan hal yang tak lazim, didalam hidupnya dia tak pernah merasakannya.Budi seperti dihipnotis oleh pesona sunset kuta.walau baru dua kali menghadiri prosesinya, prosesi pamitnya sang mentari. Kakinya seolah tak ingin beranjak pergi, dia seperti ingin terus menetap disana.walau pada akhirnya waktu jua yang memisahkan, sang mentari telah menghilang dari tatapan Budi dan para pengunjung lainnya.


Kini dengan terpaksa, kakinya harus melangkah jua. Dengan wajah yang begitu ceria, wajahnya bagaikan orang yang baru saja menang lotere 1 milyar. Merah merona senyumannya, makin manis dengan adanya lesung pipi yang sempat singgah.


“ sungguh indah sekali, saya harus sering-sering datang mengunjungi tempat ini” serunya dalam hati, sambil terus berayun sambil melihat rekaman kejadian yang ada pada Handphone-nya. Budi begitu merasakan kedamaian yang tak terkira.

Ende, Flores
May, 2012




 
 Copyright image from travelsbali.com

Ini merupakan cerpen pertama dari saya,,semoga semua yang membaca cerpen ini menyukainya, saya sadar jikalau cerpen ini jauh sekali dari kesan sempurna, maka oleh itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk kemajuan tulisan saya, terima kasih..GOD Bless Us...:)

penulis 




Heros Saputra Ga Mage.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar