Budi dan pesona sunset pantai
kuta.
Hamparan merah jelas terlihat, takkala sang mentari hendak
meliburkan aktifitas sejenak. Kilauan pesonanya jelas memancar, serbuan
jepretan-jepretan dari arah berlawanan pun beruntun dilancarkan. Tak peduli
walau hanya berasal dari sebuah handphone,. Budi seperti tak canggung, walau
disekitarnya, banyak turis local dan mancanegara yang bertempur dengan kamera
yang tak biasa. sesekali wajahnya terlihat merah merona, terlihat sekali dia
seperti meresapi momen-momen yang ada.
“ sungguh dasyat Tuhan maha pencipta, pesona sunset pantai
kuta ini begitu sempurna” serunya dalam hati, sambil tetap mengabadikan dengan
kamera yang digenggamnya.
“Tak selang berapa lama”.
Tit tit tit, bunyi handphone berbunyi, Si Budi tersadar dari lamunan
yang begitu jauh. Diangkatnya handphone tersebut, “ kamu lagi dimana bud? Oh,
aku lagi dipantai kuta kak, sebentar sedikit baru saya pulang”, iya, tapi ingat
jangan terlalu lama ya disana ?? iya iya,iya kak, tenang saja, jangan terlalu
kuatir ya kak, saya sudah tahu jalan pulangnya,” okelah kalau begitu. Terdengar
suara seorang pria yang menelepon Budi, suara pria yang berbicara dengan Budi
adalah kakaknya.
Tut tut tut, bertanda telah berakhirnya percakapan, si Budi
pun bergegas untuk memasukan Handphonenya kedalam saku celana jeansnya,
wajahnya tersenyum sedikit,” wah, harus segera pulang nih, serunya dalam hati”.
Kecemasan jelas terlihat oleh kakak Budi,bagaimana tidak,
Budi adalah pendatang baru di pulau Bali dan baru 4 hari menginjakan kaki dipulau
tersebut, hanya demi momen terbenamnya
sang mentari, Budi pun rela untuk berjalan kaki dari jalan bypass ngurah
rai.memang sih jaraknya tidak begitu jauh,hanya sekitar 300 atau 400 meter,
bagi Budi jarak tersebut dikampung halamannya tidak begitulah jauh. Dan demi
apa yang telah dia lihat ditelivisi ketika Dia masih berada dikampung
halamannya.
Cuplikan-cuplikan betapa indahnya pulau Bali terekam jelas
dibenak, melalui media massa dan siaran televisi.rasa penasaran yang tinggi
itulah yang membuat Budi berhasil menjejakan kakinya untuk pertama kalinya
dipantai kuta untuk melihat mentari yang terbenam.
Motifasi kedatangan Budi ke pulau Bali sebenarnya bukan
semata-mata untuk melihat sunset dipantai kuta, akan tetapi untuk mencari
pekerjaan. Susahnya mendapatkan pekerjaan dikampung asal begitu dirasakan oleh
Budi. Seperti kata pepatah “ Pucuk dicinta ulam pun tiba ” akhirnya. Budi
mendapat kabar dari kakaknya yang berada di Bali, Budi diminta kakaknya untuk
berangkat kesana karena ada lowongan pekerjaan buatnya.
Dengan kapal kayu berlayar, berpenghuni tak kurang dari 30an
orang, akhirnya Budi pun dapat melihat dan merasakan aroma dermaga kusam.
Dengan sebuah motor butut pinjaman, kakanya datang menjemput. Kini Budi siap
untuk menoreh cerita baru ditanah sejuta pesona.
“ dari mana saja kamu Bud” ?? Tanya kakanya..”dari melihat
indahnya sunset kak,” jawab Budi dengan perlahan. iya, bukannya aku melarang
kamu Bud, tapi kalau kamu hendak kesana, kamu harus pamitan sama kakak,
bukannya apa-apa Bud soalx kamu kan orang baru disini, kakak takut kamu kenapa
napa,” sambung kakaknya..”Iya kak, maafkan saya..” ya sudah, lain kali jangan
begitu ya…sudah mandi sana, kakak akan bawa kamu untuk bertemu bos perusahaan
kakak bekerja, agar kamu bisa bekerja secepatnya, lanjut kakaknya dengan wajah
bersenda gurau.
Setelah habis membersihkan badan, Budi dan kakaknya pun
langsung menuju ke Perusahaan tempat kakaknya bekerja. Setibanya disana, Budi
mendapat interview kecil dari atasan perusahaan dimana kakaknya bekerja. Setelah
melewati proses interview, Budi pun mendapat kesempatan untuk dapat bekerja di
perusahaan tersebut.
“ wah lega sekali, akhirnya saya diberi kesempatan untuk
bekerja di perusahaan ini, serunya dengan wajah gembira. “ syukurlah, dan ingat
bud, manfaatkan kesempatan ini dengan baik, jangan membuat malu kakak, seraya
memukul halus pundak Budi.
Pesan kakaknya seperti terbagi, pikirannya terganggu dengan
romantisme sunset pantai kuta. Memorinya pun kembali mundur kebelakang,
gelengan-gelengan halus kepalanya tergambar dengan jelas. “ Ya, saya harus
kembali kesana untuk melihatnya.”
Ketika sampai dirumah, Budi sudah seperti tak tahan lagi,
didalam benaknya Cuma ada pantai kuta. “ Kak, saya kepantai dulu ya, seru budi
kepada kakaknya. Ah, kita kan baru tiba Bud, kenapa kamu terburu-buru sekali,
iya kak, soalnya sedikit lagi matahari akan terbenam kak, sambil mengambil
langkah seribu.
“ ah, dasar anak ini, belum dapat ijin sudah asal kabur saja,
terdengar omelan sang kakak, sambil memarkir sepeda motor bututnya.
Budi yang telah mengambil langkah seribu, bergerak dengan
cepat. Maklum, ketika mereka pulang dari perusahaan tempat kakaknya bekerja,
waktu sudah menunjukan pukul 4 lewat 45 menit. Belum lagi lamanya perjalanan
menuju ke kos.
Kakinya terus mendayung, sembari berharap sang mentari
menunggunya, untuk melakukan prosesi yang dinanti oleh banyak wisatawan, entah
itu dari luar negri atau yang berasal dari dalam negeri.sorot matanya hanya
fokus tertuju kedepan. Walau terdengar napasnya terengah-engah tapi semangatnya
terus menyala. Pesona pantai kuta bak magnet yang menariknya dengan cepat.
Raut wajah berseri bahagia, tampak keluar dari wajahnya yang
kelelahan, prosesi tenggelamnya sang mentari tak luput darinya, karena dia
telah tepat waktu untuk menghadirinya.
“ syukurlah, saya tidak ketinggalan momen ini, sang mentari
sepertinya menunggu aku” Gumamnya.
Tatapan dalam penghayatan, mengarah pada sinarnya, langit
kemerah-merahan seakan menambah romantisnya alam. Sesekali bunyi sapaan deburan
ombak terdengar, tangan budi terasa seperti tak lelah-lelahnya. dari tiap
sudut, dari tiap posisi, dia coba bergaya untuk mengabadikan setiap detik per
detik momen yang ada.
Disekitarnya terdapat juga bayak orang yang ikut meramaikan
prosesi tersebut, wajah-majah mereka pun tampak seperti orang yang lagi jatuh
cinta. Terkadang senyuman-senyuman tipis keluar dari bibir mereka.
Sang mentari bergerak begitu pelan, senyumannya tulus membias
kepada para pengunjung pantai kuta. Sepertinya sang mentari enggan untuk
berpamitan.
Budi merasakan hal yang tak lazim, didalam hidupnya dia tak
pernah merasakannya.Budi seperti dihipnotis oleh pesona sunset kuta.walau baru
dua kali menghadiri prosesinya, prosesi pamitnya sang mentari. Kakinya seolah
tak ingin beranjak pergi, dia seperti ingin terus menetap disana.walau pada
akhirnya waktu jua yang memisahkan, sang mentari telah menghilang dari tatapan
Budi dan para pengunjung lainnya.
Kini dengan terpaksa, kakinya harus melangkah jua. Dengan
wajah yang begitu ceria, wajahnya bagaikan orang yang baru saja menang lotere 1
milyar. Merah merona senyumannya, makin manis dengan adanya lesung pipi yang
sempat singgah.
“ sungguh indah sekali, saya harus sering-sering datang
mengunjungi tempat ini” serunya dalam hati, sambil terus berayun sambil melihat
rekaman kejadian yang ada pada Handphone-nya. Budi begitu merasakan kedamaian
yang tak terkira.
Ende, Flores
May, 2012
Copyright image from travelsbali.com
Ini merupakan cerpen pertama dari saya,,semoga semua yang membaca cerpen ini menyukainya, saya sadar jikalau cerpen ini jauh sekali dari kesan sempurna, maka oleh itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk kemajuan tulisan saya, terima kasih..GOD Bless Us...:)
penulis
Heros Saputra Ga Mage.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar